Saat ada perubahan hormon seperti saat pubertas, haid, atau hamil, biasanya tubuh meresponsnya dengan menghasilkan lebih banyak sebum. Inilah yang menjadi cikal bakal munculnya jerawat hormon.
Jenis jerawat ini tidak cuma dialami oleh kaum hawa saja tetapi juga para pria. Untuk lebih jelasnya, simak ulasan lengkap mengenai jerawat hormonal ini supaya paham ciri-ciri, faktor pemicu, dan juga cara menanganinya.
Ciri-Ciri Jerawat Hormon
Apakah karakteristik jerawat yang diakibatkan oleh perubahan hormon sama dengan jerawat karena infeksi bakteri? Untuk membedakannya, cek dulu beberapa ciri-ciri berikut.
Area Munculnya Jerawat
Jerawat hormon remaja yang umumnya terjadi saat masa puber, biasanya ada di T-zone wajah atau area hidung, dagu, dan juga dahi.
Sedangkan cakupan area jerawat yang terjadi pada orang yang telah dewasa biasanya lebih luas. Jerawat ini tidak cuma muncul di muka tetapi juga di rahang hingga leher.
Usia
Jerawat ini umumnya muncul saat seseorang menginjak masa puber hingga usia dewasa. Biasanya usia penderita adalah mulai 11 hingga 30 tahun.[1]
Meskipun begitu, tetap ada kemungkinan seseorang yang berumur lebih dari 30 tahun mengalami jerawat ini pada saat hamil, haid, maupun menopause.
Bentuk dan Warna
Jerawat karena pengaruh hormon kebanyakan adalah tipe kistik. Jenis jerawat ini bentuknya menyerupai benjolan yang berada dalam kulit. Meskipun begitu, jerawat ini tetap nampak menonjol dan terasa empuk saat disentuh.
Untuk warnanya, jerawat ini biasanya nampak kemerahan hingga kecokelatan. Selain jerawat yang meradang, perubahan hormon ini juga menimbulkan komedo baik blackheads maupun whiteheads.
Penyebab Jerawat Hormon
Faktor pemicu jerawat hormon di pipi atau bagian wajah lain adalah karena fluktuasi hormon di dalam tubuh. Ini dia beberapa faktor hormonal yang memicu tumbuhnya jerawat.
1. Hormon Androgen
Saat memasuki usia remaja, sekresi hormon androgen akan meningkat. Hal ini memicu produksi sebum yang berlebihan pada kelenjar minyak. Akibatnya, sebum tersebut akan menyumbat pori dan timbullah jerawat.[2]
Peningkatan produksi hormon ini bisa terjadi pada remaja perempuan dan juga laki-laki. Selain pubertas, kehamilan juga menyebabkan bertambahnya kadar androgen sehingga banyak ibu hamil yang berjerawat.
2. Hormon Estrogen
Sebaliknya, kurangnya kadar estrogen dalam tubuh justru malah menimbulkan jerawat. Biasanya, hormon ini berkurang pada saat seorang wanita mengalami haid atau ketika menjelang menopause.
3. PCOS
Penyakit ini dikenal dengan nama sindrom polikistik ovarium. Gangguan kesehatan ini menyebabkan ovum tidak dapat berkembang dengan baik sehingga penderitanya sulit hamil. Pemicu utama PCOS adalah ketidakseimbangan kadar hormon yang juga akan menimbulkan jerawat hormonal.
4. Stres
Saat terlalu banyak pikiran, hal ini memicu meningkatnya hormon kortisol. Akibatnya, kelenjar minyak akan memproduksi sebum yang berlebih. Saat pori tersumbat oleh sebum tersebut, jerawat akan timbul.
Obat Jerawat Hormonal
Jika jerawat hormonal yang kamu derita adalah jenis yang ringan dan tidak meradang, umumnya jerawat tersebut dapat diobati dengan obat jerawat oles biasanya.
Tapi, obat ini cuma bisa meringankan gejalanya saja. Tapi kalau hormon dalam tubuh tetap tidak seimbang, jerawat tersebut pastinya akan muncul kembali.
Sementara itu, kalau jenis jerawatmu merupakan tipe kistik, tentunya obat oles juga tidak akan manjur. Ini karena letak jerawatnya jauh di bawah permukaan kulit sehingga obat totol tidak bisa menjangkaunya.
Lantas, apakah obat jerawat hormon paling ampuh? Caranya adalah dengan mengonsumsi beberapa obat di bawah ini.
1. Pil KB
Pil kontrasepsi bisa menyeimbangkan kadar hormon estrogen dan androgen dalam tubuh. Tapi sebaiknya konsultasi dulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk mengonsumsi pil ini.
Selain itu, pil kontrasepsi juga tidak dianjurkan bagi penderita darah tinggi dan penderita kanker payudara.
2. Obat Anti-Androgen
Kalau kadar hormon androgen dalam tubuhmu cukup tinggi, dokter mungkin akan meresepkan obat anti-androgen. Obat ini juga biasa digunakan untuk mengobati darah tinggi.
Cara kerja obat ini adalah dengan mencegah produksi hormon androgen sehingga kadarnya akan stabil. Akibatnya, jerawat pasti akan berangsur-angsur berkurang.
3. Retinoid
Untuk jenis jerawat ringan, masalah kulit ini bisa diatasi dengan obat atau krim oles yang mengandung retinoid (zat turunan Vit A). Krim ini bisa kamu dapatkan di apotek. Tapi, untuk krim dengan dosis yang lebih tinggi, kamu hanya bisa mendapatkannya dengan resep dokter.
Saat kamu mengaplikasikan krim berbahan retinoid, jangan lupa untuk memakai sunscreen di siang hari. Ini karena krim ini bisa meningkatkan risiko sunburn.
Cara Mengatasi Jerawat Hormonal Secara Alami
Selain dengan mengonsumsi obat hormonal, cara menghilangkan jerawat hormon juga bisa kamu lakukan dengan bahan alami. Tapi, perawatan ini khusus untuk jenis jerawat yang ringan saja.
Cara mengatasi jerawat dengan menggunakan natural ingredient tentu lebih aman dan tidak ada efek sampingnya.
1. Tea Tree Oil
Minyak esensial ini sudah sejak lama dipercaya dapat meredakan inflamasi jerawat. Bahkan ada sebuah studi yang menyatakan bahwa rutin mengoleskan tea tree oil akan membuat lesi jerawat semakin membaik.[3]
2. Yoghurt
Yoghurt juga bisa menjadi treatment yang efektif untuk jerawat karena mengandung probiotik. Penggunaan masker yoghurt bisa menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat, menenangkan kulit, dan memperbaiki skin barrier-mu.[4]
3. Green Tea
Mengonsumsi teh hijau secara rutin ternyata juga bisa mengurangi gejala jerawat. Hal ini dibuktikan oleh sebuah penelitian terhadap wanita berusia 25-45 tahun. Hasilnya, setelah mengonsumsi ekstrak green tea, peradangan jerawat pada dahi, hidung, dan dagu berkurang drastis.[5]
4. Diet Sehat
Selain treatment di atas, jerawat akan lekas membaik jika dibarengi dengan pola hidup sehat. Caranya adalah dengan membatasi konsumsi junk food, gula, produk turunan susu, karbo, dan juga daging merah.
Itulah pembahasan lengkap mengenai jerawat hormon dan cara mengatasinya. Agar jerawat tidak semakin parah, pastikan menjaga kebersihan wajahmu dengan mencuci muka secara rutin. Selain itu, hindari produk skincare yang mengandung bahan comedogenic sehingga bisa menyumbat pori.